Blakanis by Arswendo Atmowiloto


Blakanis
Title : Blakanis
Author :
Rating :
ISBN : -
ISBN-10 : 9789792237658
Language : Indonesian
Format Type : Paperback
Number of Pages : 288
Publication : First published January 1, 2008
Awards : Kusala Sastra Khatulistiwa Prosa - longlist (2008)

Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan aku percaya Tuhan, beriman kepada Tuhan kalau aku tidak mulai dengan jujur? Ini yang dikatakan lelaki tua dengan daun telinga kecil dan lubang hidung gede yang menyebut dirinya Ki Blaka. Lelaki yang nyaris tanpa prestasi apa-apa, yang ingin jujur dalam segala hal. "Musuh utama kejujuran bukan kebohongan, melainkan kepura-puraan. Baik pura-pura jujur atau pura-pura bohong."

Ketika para Blakanis, sebutan pengikut Ki Blaka, menyebar, mulai terjadi perubahan: anak-anak sekolah tak mau nyontek, koruptor menceritakan secara gamblang apa yang dijalaninya, sampai dengan pengalaman pribadi perempuan yang pernah diantre.

Ki Blaka yang tak bisa menahan pipis, dan suka pipis sembarangan, masih bisa bisa mengagumi payudara pengikutnya yang kaya, ayu, putih, jangkung ini terlihat berdoa dan berkata, "Saya tidak percaya doa, tapi saya melakukannya."

Ini sebagian catatan para Blakanis, sebelum dan sesudah Ki Blaka terbang dan lenyap di udara.


Blakanis Reviews


  • Maya

    "Musuh utama kejujuran bukanlah kebohongan, melainkan kepura-puraan. Baik pura-pura jujur ataupun pura-pura bohong".

    Bersikap dan berkata "blaka" atau jujur apa adanya merupakan hasrat dasar manusia. Seharusnya mudah menjadi jujur karena kita tidak harus mengolah suatu berita menjadi cerita yang berlebihan atau dikurangi-kurangi yang malah memerlukan energi untuk memeras otak menjalankan taktik tapi ternyata banyak pertimbangan yang pada akhirnya kita lebih aman "pura-pura". Pura-pura jujur atau pura-pura bohong. Novel Arswendo sebenarnya cukup membuat kita malu. Dimana kejujuran sudah tidak lagi menjadi identitas diri bangsa ini. Kehidupan yang kita jalani sudah dipoles sana sini agar tampak lebih indah atau bahkan pahit yang berlebihan. Tidak lagi apa adanya. Ki Blaka yang menjadi tokoh sentral novel ini bahkan mampu menggalang massa dan membuat situasi nasional tidak lagi kondusif hanya karena ingin menularkan semangat "jujur" tadi.

    Blakanis merupakan novel yang menurutku idenya cukup menarik. Bahasa dan alur ceritanya mudah dimengerti. Tapi pada awal-awal cerita cukup bosan membacanya, justru lumayan page-turner di pertengahan cerita ketika sang pengarang menguraikan satu persatu tokoh-tokoh blakanis. Terasa Arswendo-nya :)
    Dua bintang deh buat novel ini.

  • Liliyah

    Blak-blakan alias jujur alias apa adanya, begitulah para Blakanis saat mengungkap semua kejahatan, kebodohan, kesalahan dalam diri.

    Pengikut “aliran” Ki Blaka di desa Blakan, semuanya “telanjang” mengungkap diri. Mulai dari tukang ojek hingga para pejabat negara yang korupsi. Ki Blaka tidak pernah berniat mengajak orang lain untuk bicara jujur, awalnya hanya dirinya lah ingin jujur pada diirinya sendiri. Dengan cara verbal : ngobrol, curhat, membuat pengakuan dosa dengan orang-orang disekitarnya dan non-verbal : dengan hanya menggunakan selimut lurik tak ada pakaian lainnya.

    Semua karakter tokoh dalam novel ini adalah simbol-simbol dalam kehidupan manusia secara horisontal dan vertikal. Setiap karakter membawa pesan yang menyindir kita untuk berani bicara jujur, bukan pura-pura jujur atau pura-pura bohong.

  • Jimmy

    "Telanjang" tanpa harus telanjang...
    Kejujuran semakin langka di muka bumi ini...
    Kejujuran memang menyakitkan tapi melegakan...

    Lawan dari kejujuran bukanlah kebohongan, melainkan kepura-puraan. Pura-pura jujur, pura-pura bohong, dan akhirnya terlena dalam kepura-puraan.

    Ketika kejujuran bisa terwujud disetiap diri umat manusia, akankah masih ada suap menyuap? Contek mencontek? Tipu menipu? Gosip menggosip? ..dan korupsi???

    Selamat datang di kampung Blakan, tempat dimana tinggal para Blakanis, yang hidup dalam ke-Blaka-an.

  • harri pratama

    terima kasih pada Institut Nalar Jatinangor yang udah ngasih ni buku secara cuma-cuma. bisa ketemu penulisnya langsung pula, dua kali pula (wahaha...thx). tapi, pertemuan itu ga membuat saya memberi nilai tinggi untuk novel ini.

    Ki Blaka, julukan bagi seorang lelaki yang konon selalu bicara jujur mengenai segala hal, yang tinggal di sebuah rumah sederhana di daerah Karawang yang sepi dan sehari-hari hanya mengenakan lorek yang diberikan seorang suster gereja.

    awalnya Ki Blaka hidup sendirian saja. interaksi dengan tetangganya pun biasa saja. paling-paling hanya saling menyapa. tapi, keistimewaan Ki Blaka, yaitu mengajak semua lawan bicaranya untuk berkata jujur membuat popularitas dirinya semakin naik. orang-orang semakin senang berkunjung ke rumahnya dan mengobrolkan tema apapun (yang penting jujur). hingga suatu hari perkampungan daerahnya tinggal menjadi sangat ramai. pengikutnya bertambah banyak dalam waktu yang lumayan singkat. di beberapa kota lainnya bahkan turut muncul perkampungan serupa, yang dinamakan kampung Blakanis. kampung tempat orang-orang yang berkata jujur tanpa kepura-puraan.

    tema dasarnya menurut saya bagus, tentang betapa berharganya kejujuran. tapi, kayaknya Arswendo agak sedikit kelewatan memuji Ki Blaka ini. tokoh ini seperti orang yang sempurna (nyaris seperti tuhan), tanpa cacat. memang ada penggambaran mengenai Ki Blaka yang sering sakit-sakitan, atau berita mengenai dirinya yang dahulu sebagai orang yang kasar dan tidak konsisten. tapi, semua itu seperti hanya selingan saja.

    di bab dua, yang ceritanya merupakan kisah pengalaman beberapa pengikut Ki Blaka yang "sukses" tampak sangat memuja Ki Blakan. pada titik inilah saya merasa agak bosan membacanya (tapi diselesein juga).

    entahlah, sehabis baca novel ini saya mikir kayaknya Arswendo sudah sangat pesimis dengan kondisi Indonesia yang sudah banyak kebohongan. saking pesimisnya ia membuat tokoh yang memiliki sifat jujur luar biasa yang menjadi panutan baru. malah agak kelewatan. sayang, coba kalau penulis tidak membuat Ki Blaka terlalu dipuja, mungkin cerita novel ini akan lebih asik...

    tapi, covernya bagus juga :D

  • Ruhadyan

    Setelah membaca novel Blakanis karya Arswendo, penulis merasakan ada yang merasuk ke dalam sanubari kecil ini. Seperti udara yang masuk dari lubang hidung, ke dalam paru-paru yang mengembang dan mengempis satu-satu.

    Kejujuran. Novel ini berbicara tentang banyak kejujuran. Kejujuran yang bisa dilakukan oleh semua orang tanpa syarat dan prasyarat. Kejujuran yang seimbang, tidak berlebihan. Kejujuran yang tidak pura-pura,sebab kepura-puraan mengingkari dua hal sekaligus, kejujuran itu sendiri, dan ketidakjujuran. Sebab kepura-puraan membuat individu menjadi merasa tidak bersalah bila melakukan kepura-kepuraan. Pura-pura jujur dan pura-puraberbohong. Dia akan merasa tidak bersalah karena dalih itu, walaupun pada hakikatnya, bisa saja dia bersalah karena kepura-puraannya.

    Kejujuran. Sebuah kata sederhana, namun maknanya tidak sesederhana katanya. Kejujuran itu mudah. Sangat mudah, dan saking mudahnya,orang sering mudah melupakannya. Mudah tidak melakukannya. Mudah tidak mempedulikannya. Kejujuran tidak perlu didorong oleh orang lain, peraturan, norma, ataupun undang-undang. Mulai dari diri sendiri. Dari hal yang kecil. Dari saat kita mulai berlaku jujur. Tanpa disadari, kejujuran juga ikut bersama diri masing-masing saat mereka dilahirkan. Sebab manusia itu lahir dari kejujuran. Lahir dari rasa sakit yang jujur. Tangis yang jujur. Senang yang jujur. Suka duka yang jujur. Yang sering kali luput dari penglihatan, oleh selubung kabut kepura-puraan. Saat ia mulai beranjak dewasa, dan umur serta waktu merabunkan mata hati kejujurannya.

    Kejujuran. Ada kalanya kenyataan yang disembunyikan oleh pasangan, atau orang lain terhadap diri ini, cenderung menyakitkan. Sikap lapang dada dan siap menerima apapun konsekuensi yang terburuk dari kejujuran, yang diperlukan oleh setiap individu. Selain kejujuran itu sendiri.

  • Wikupedia

    Ada dua buku terbaru dari Arswendo, salah satunya Blakanis. Agak aneh memang membaca judulnya, Blaka dalam bahasa Jawa bisa diartikan sebagai jujur, apa adanya. Sepertinya Arswendo berencana menghadirkan kisah yang satir, tentang keadaan Indonesia yang masih saja terus carut marut.

    Dan, benar saja, dalam novel ini dikisahkanlah seorang laki-laki setengah baya yang sama sekali bukan pahlawan, bukan pula orang sukses, bahkan hidupnya diliputi berbagai masalah. Nama tokoh itu kemudian dikenal sebagai Ki Blaka. Dikisahkan juga, sebenarnya ia tidak mengajarkan apa-apa, tidak pula hendak dipuji, atau mencari ketenaran. Ki Blaka tiba-tiba saja hadir disebuah lingkungan kota jakarta yang penuh hiruk pikuk, wilayah kosong itu kemudian degnan ajaib menjadi tempat tinggalnya. Dan yang dilakukan Ki Blaka tidak pula menakjubkan, ia hanya bersikap Blaka, sikap menjawab dengan jujur jika ditanya, berkomentar apa adanya tanpa pretensi apapun ketika berbicara dengan orang lain

    Lalu, lingkungan itu pun berkembang, dalam kota yang penuh korupsi dan ketidakjujuran, ternyata pola tingkah Ki Blaka, malah bisa jadi panutan, banyak yang terbebas dengan bersikap jujur, banyak yang menjadi lega hidupnya dengan bersikap blaka.

    Arswendo bercerita dengan bahasanya yang khas, kata-kata ditulisakan dengan sangat menarik. Kritik halusnya bisa sangat padu dengan tokoh, plot serta keseluruhan kisah.

    Blakanis merujuk pada pengiut Ki Blaka, yang terus bertambah banyak. Buku ini bisa menjadi semacam kitab, bagi mereka yang ingin merubah hidupnya menjadi seorang yang jujur, yang hidup lepas tanpa beban. Bagi orang yang ingin menjadi seorang Blakanis !!

  • gonk bukan pahlawan berwajah tampan

    Walau beberapa bagian terkesan ber-tele2, untuk tidak mengatakan terlampau menggurui -bukannya karya sastra, novel dan sebagainya ada unsur tersebut, menggurui- tetep saja menjadi sebuah karya yang laik kita baca. Mosok sich sampai kayak gitu Gung??...eh ini kampung Blakan lho...

    Ki Blaka, nama yang menjadi mimpi, utopia bagi sebuah kejujuran, tokoh sentral yang mencoba menerapkan nilai kejujuran dalam segala hal.telanjang.
    Blaka, yang menjadi lingga/kata dasar dari blak-blakan menyuguhkan satire yang bener2 ampuh bagi kondisi masyarakat, untuk tidak mengatakan pribadi kita saat ini.

    Disuguhkan dalam berbagai perspektif, catatan para blakanis, sebutan mereka yang sepakat dan sepaham dengan ki Blaka mengungkap pengaruh yang mereka dapatkan ketika mulai menjalani kehidupan yang blaka.

    "Aku tidak percaya doa, tapi melakukannya" sebuah sindiran yang mujarab bagi manusia secara global. Satu lagi bukti sejatinya manusia walau mereka mengaku atheis, toh tetep melakukan hal2 yang dianggap "kepunyaan" mereka yang beragama, macam berdoa inilah. Eit..tapi tunggu dulu, bukan berarti tokoh ki Blaka kita ini atheis lho ya...

    Pada akhirnya, ki Blaka ini memang mas Wendo banget...
    "honesty is the best policy"

  • Belimbing

    Musuh utama kejujuran adalah kepura-puraan, baik itu pura-pura jujur atau pura-pura bohong.

    Ki Blaka alias Wakiman pria usia 60tahunan yang menjadi populer karena prinsip Blaka atau selalu berkata jujur. Dia prihatin akan keadaan dunia yang semakin kacau, dan merasa apabila setiap individu mau bersikap jujur, dunia akan menjadi lebih baik. Sangat percaya pada kekuatan individu, memiliki banyak pengikut walau ogah disebut sebagai pemimpin. Walau demikian para pengikut setianya tetap menyebut diri mereka sebagai kaum Blakanis.

    Di awal, cerita mengalir sangat baik, hingga tiba-tiba mulai membosankan, dan kembali menarik ketika mulai menggambarkan contoh pengikutnya. Tapi di akhir cerita seperti antiklimaks karena menjadi semakin membosankan, dan berakhir cukup aneh (?)

    Pada intinya, Arswendo ingin mengajak kita untuk bersikap jujur, mulai dari diri sendiri. Karena jujur itu tidak sulit, hanya seperti bernafas, berlangsung begitu saja, karena terbiasa.

  • Arum

    Baca ini karena rekomendasi Kak Regi yang suka banget sama tulisan-tulisan Arswendo. Tentang politik gtu. Abot abot (*abot: berat dalam bahasa jawa). Bagus sebenernya... sepertinya... Tp kurang bisa mendalami karena kurang paham. Da aku mah apa atuh nonton Drama Korea YongPal ttg politik rumah sakit aja mabok ehehe. Walaupun kurang paham tp entah kenapa kok aku baca sampai akhir ya. Jd sbnrnya bagus memang, tulisannya bisa bikin penasaran. Tp memang katanya beberapa tulisan beliau agak berat.

  • Memy Jedo

    Kalo boleh ditebak, barangkali inti dari novel ini adalah tentang "mimpi dan cita-cita" Arswendo.
    Tentang masyarakat yang sejahtera, tentang hidup yang sederhana, tak ada kepura-puraan dan selalu terbuka - blaka.

    Untuk mencapai itu ternyata hanya bermula dari hal kecil namun tak sesederhana menyebutnya, yaitu kejujuran.

    Yang saya sukai, Arswendo banyak menyorot masalah-masalah sosial yang masih ada dari dulu hingga sekarang. Beberapa yang bisa saya tangkap: Tentang ketidakadilan, kesenjangan, korupsi da pengaruh asing yang mulai merasuk dan bahkan ada yang merusak.

    Wah wah.
    Ini novel kedua Arswendo yang saya baca. Intinya saya suka ide ceritanya, terlepas dari "bumbu-bumbu mengejutkan" yang ia masukkan.

  • Arfian Agus

    ide awalnya cukup lumayan
    ada perkampungan/permukiman dimana orang2 pada berkata jujur
    pak arswendo meramu dengan cukup apik dinamika dan akibat2 yang mungkin terjadi dengan adanya permukiman macam itu, cukup realistis, kira2 kalau memang ada kampung blakan, ya kejadiannya akan seperti itu, bakal banyak dinamika yang terjadi disana, mulai yang baik2 sampai yang negatif.
    kalau baca buku ini bisa ngerasa deh jalan pikiran pak arswendo yang agak 'nyentrik'.
    ohya, isinya agak 'dewasa', kurang cocok untuk anak2

  • nniittaa prastawaningrum

    alkisah Ki Blaka..yg membuat dunia jd lebih baik krn menganjurkan orang-orang utk blaka/jujur. walaupun diawali rusuh, ya tentunya krn semua orang terbiasa utk tidak jujur dan berpura-pura, tp gw pribadi mendambakan adanya hidup tanpa kepura-puraan dan apa adanya. Gw rasa, Indonesia awalnya adalah bangsa yg seperti itu, apa adanya dan penuh ramah tamah tanpa kepura puraan. Alangkah indahnya. Yg masih gw ga ngerti, apa yg spesial dr Ki Blaka? Knp sosoknya pun tak bisa tergantikan oleh Ki Blaka Lurik? Apakah krn Ki Blaka Lurik tidak benar-benar jujur?

  • Faradums

    Buku ini bercerita tentang blaka (kejujuran) yang diajarkan Ki Blaka di pemukiman/kampung Blaka. Diceritakan dari beberapa sudut, sayangnya, buku ini hanya mampu membuat saya membaca sampai separuh halaman kurang, setelah itu minat saya untuk membaca hilang. Bagian awal memang menarik, namun setelah membaca lebih lanjut, saya merasa buku ini terlalu bertele dan banyak bagian tidak penting hanya untuk satu inti.

  • Yasdong

    Kisah Ki Blaka dan komunitas kejujuran tanpa batas yang dia gagas dalam novel ini cukup menarik. Terlihat betapa sulitnya kita jujur terhadap suatu hal. Tapi di sisi lain, konflik besar dapat terjadi ketika semua orang belajar mengikuti ajaran Ki Blaka. Buku yang isinya mudah dipahami dan karakter nyelenehnya cukup mudah diingat. Bukan buku sastra yang wah tapi layak dibaca.

  • lita

    Siapa yang menyangka, Arswendo yang selama ini selalu menuliskan sesuatu dengan sederhana, begitu membumi dengan bahasa yang begitu merakyat bisa menulis buku dengan bahasa yang begitu filosofis? Jawab yang jujur dooong....blaka nih!

  • Yanti

    Tidak hanya plotnya yang bagus. Seluruh ceritanya berenergi. Ada semangat dan vitalitas tertoreh dalam halaman demi halaman. Ketakutan, kemarahan, pemaksaan ataupun kekerasan adalah wujud ketidakjujuran kita. Saya rekomendasikan pada siapapun untuk membacanya.

  • Mandewi

    Merasa kalau selama ini sudah berlaku jujur? Yakin? Coba cek di sini.

    Atau berniat untuk mulai jujur tapi tidak tahu bagaimana memulai? Cek di sini.

    Atau mau tahu seberapa luas efek sebuah kejujuran? Cek di sini.

    Selebihnya, novel ini keren bingits! *jempol*

  • Helvy


    Tokoh Ki Blaka-nya Mas Wendo banget hahaha...

  • Femmy

    Long listed for KLA 2008

  • Yasinta

    kejujuran berawal dari diri sendiri

  • Boe Boyan

    Tentang kejujuran....

  • Ria

    Membaptis diri dengan sebuah agama baru, yaitu kejujuran. seperti pada umumnya, kejujuran adalah pedang bermata dua.

  • Matt

    beli buku obralan mur-mer.

  • Sylvia Margaretta

    Satu kalimat untuk buku ini :

    Sesuatu yang "berlebihan" akan selalu tidak baik, termasuk "kebaikan" itu sendiri.

  • Juliette (Ladybug)

    kalau ingin jujur, harus berani "telanjang" - blakanis

  • Diah

    Bagus sih, agak mirip mzdio ketika tua mungkin, tapi endingnya apabae :/

  • sarkodit hebat

    berani telanjang
    berani jujur

    blaka