
Title | : | Keluarga Cemara (Keluarga Cemara, #1) |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | - |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 115 |
Publication | : | First published January 1, 1981 |
Keluarga Cemara (Keluarga Cemara, #1) Reviews
-
Keluarga Cemara mengisahkan kehidupan sehari-hari Ara bersama Abah, Ema, dan kakaknya, Euis, dan adiknya, Agil. Mereka keluarga sederhana yang awalnya sebenarnya hidup mapan. Abah harus menjual rumah di Jakarta dan benda berharga lainnya kemudian menetap di Tasikmalaya ketika orang yang dipercaya ternyata melakukan tindakan ilegal sehingga ia harus bertanggung jawab.
Ema yang setia menemaninya. Euis yang sempat merasakan hidup serba berkecukupan paham akan perasaan dan derita ibunya. Ia menjadi salah satu tulang punggung, membantu orang tuanya berjualan opak buatan ibunya sebelum dan setelah pulang kerja.
Ara masih duduk di TK sedangkan Agil belum sekolah. Mereka tinggal di rumah bambu sederhana. Si Abah bekerja sebagai penarik becak dan melakukan pekerjaan serabutan.
Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak hal yang mereka hadapi. Ara paham keadaan keluarganya meskipun masih belia. Ia tabah menerima olok-olokan dari beberapa temannya tentang pekerjaan ayah dan kondisi keluarganya. Ia diam saja meskipun sebenarnya sedih ketika temannya tak meminjamkan mainan atau mengundangnya ke acara ulang tahun.
Euis juga menahan rasa malunya dengan berjualan di terminal dan di jalanan. Ia yang paling bisa menyimpan uang. Namun uang tabungannya yang sedikit itu selalu digunakan untuk macam-macam. Untuk berobat dan sebagainya, jarang bisa digunakan untuk dirinya sendiri.
Sedangkan Agil adalah anak bungsu yang gemar bernyanyi. Ia juga ingin keinginannya dituruti. Kadang-kadang ia berkelakuan ganjil membuat orang tua dan kedua kakaknya kebingungan.
Meskipun miskin mereka berupaya untuk selalu jujur dan berbuat baik. Si Abah berupaya untuk melakukan apapun demi mempertahankan idealisme meskipun kadang-kadang Ema dan Euis ingin menyanggahnya.
Ada banyak kisah sedih dalam buku ini yang ceritanya pendek-pendek. Tapi ada juga yang membuat tersenyum. Buku ini kaya pesan moral dan bisa dibaca segala usia.
Menurutku buku ini mungkin terinspirasi dari kisah Little House on The Prairie. Sama-sama berlatar keluarga nasrani yang miskin, jujur, dan baik hati. Keluarga Laura tepatnya nenek buyutnya dulu juga bangsawan di Skotlandia yang kemudian mencoba peruntungan di Amerika. Kehidupan memburuk pada saat nenek Laura, Charlote, kehilangan suaminya, dan kemudian menjadi single parent dengan enam anak-anaknya.
Ema seperti Caroline, ibu Laura, yang tabah dan mau berkelana ke sana ke sini dengan kereta kuda mereka bersama suami dan keempat anaknya. Abah seperti Pa yang bersedia bekerja apa saja asal halal. Euis seperti Mary yang menjadi anak penurut dan teladan. Sedangkan Ara seperti Laura yang tangkas dan ceria. Sementara Agil seperti Carrie yang di awal kisah Laura masih kecil. Meski ada sedikit kemiripan, jalan ceritanya benar-benar beda dan kisah Ara membumi seperti yang kita temui sehari-hari.
Ulasan sudah ditayangkan di:
http://www.keblingerbuku.com/2019/01/... -
Buku yang paling sering aku baca ulang. Ketika rindu keluarga, ketika merasa kesepian, ketika menghadapi kegagagalan...
Kehidupan ini tidak selalu seperti yang kita mau tetapi sungguh beruntung orang yang dapat melaluinya dengan kejujuran dan kehangatan keluarga.
Banyak cerita tentang orang sukses yang membuat kagum tapi jarang yang mampu menerbitkan rasa haru seperti buku ini. -
walau ceritanya cuma ttg daily life-nya mereka dan nggak ada konflik, tapi ttp seru sih. tingkahnya mereka pasti ada aja yg bikin ketawa, sedih, sama kasian. cuma karena liat cuplikan2 filmnya, jadi ngebayangin abah dan ema masih muda, tapi dari ilustrasi yang dikasih di buku, abah sama ema-nya lebih tua
-
Buku ini berisi kumpulan cerita pendek yang berkisahkan tentang keseharian 1 keluarga sederhana (Abah, Ema, Euis, Ara, dan Agil). Cerita-ceritanya sangat menyentuh dan banyak mengajarkan tentang kesederhanaan, kejujuran, dan juga rasa bersyukur.
-
Paling kurang sreg itu ama abah. Kok sempurna sekali sosok abah ini ya. Sejauh ini belum ada cacat celanya :D. Semacam Michael Landon di Little House on The Prairie.
Agil itu ah lutunyaaa.
Ara apa adanya.
Euis penyayang & perasa.
Tinggal Ema yang belum terlalu diberi fokus. -
Ada saatnya menerima hidup apa adanya tanpa memaksa, menyakiti, walaupun kadang menggerutu, marah. Keluarga teladan dalam kesederhanaan.
-
Harta yang paling berharga adalah keluarga~
Selamat jalan, Rm. Arswendo. Saya udah baca novel ini sejak masih SD, lho. -
I need to have my little pure child heart back cause i remember im sobbing over this book at 5th grade
-
Saya bukan termasuk orang-orang yang menikmati serialnya di televisi. Bahkan, saya justru lebih familier dengan film adaptasinya yang dikemas dengan lebih modern. Meskipun beberapa kali sudah pernah membaca karya-karya Arswendo Atmowiloto, menyelami seri Keluarga Cemara adalah hal yang baru bagi saya. Abah, Ema, Euis, Ara, dan Agil. Mereka pernah hidup berkecukupan (sebelum adanya Ara dan Agil, tentu saja) kemudian jatuh miskin karena Abah dan integritasnya dalam bekerja. Usahanya bangkrut dan kena tipu.
Cerita-ceritanya segar dan membuat haru. Euis yang perasa, Ara yang optimis dan ceriwis, hingga si bungsu Agil yang selalu meniru tindak-tanduk Ara (ini gemas sekali). Kekuatan cerita lebih ditekankan pada identitas tiap-tiap tokohnya. Pembaca jadi mengenali pribadi Abah yang idealis, Ema yang jarang bicara namun diam-diam selalu mengayomi, dan ketiga anak mereka yang juga memiliki karakter masing-masing. Saya suka bagaimana tokoh Abah ini jadi 'pusat dari segala keputusan' di keluarga. Meski sedikit jengkel karena pendapatnya yang paling absolut, tapi mengingat usia anak-anak yang belum cukup untuk mengambil keputusan dan risiko, cara mendidik Abah dan Ema sudah cukup ideal.
Saya salut sekali dengan Euis yang berjualan opak. Anak pertama perempuan memang umumnya terpaksa didewasakan oleh keadaan. -
I read this out of my curiosity since I got bored of what I was reading. I need something light, entertaining, touching if possible, but what I expected turned out to be frustrating.
I got this from ijak, an application for reading books, eBooks. At first, I felt reluctant to read something translated from bahasa Indonesia to English. I didn't know what reason, I just didn't want to. But, my fingers suddenly pushed download button, and there it was, the book was available to read. Aaanddd, welcome to the world of confusion.
I don't say the idea of the story is confusing or something, in fact I loved it. The simplicity of Cemara family, the modesty n virtue Abah n Ema teach to their children, etc. The problem is in the translation!!! I just wonder how this book could be published in that kind of awful grammar, diction. Is there anyone who did the proofreading or a grammar expert so that this version is decent enough to be published, moreover, to be introduced to the world literature?
Well, I'm not a grammar expert or English expert, but at least I know some good patterns in English. Translating from Indonesian to English is a hard work to do, not to mention the local terms and the pattern. But this translator didn't do what he/ she was supposed to do. S/he literally translated the book, without considering whether it can be consumed by English speaking readers without frowning :)) I decided to finish it after page 130 something from 282 pages since I can't concentrate on the story. I kept on complaining along my reading.
Well, I think I won't read such books since it's indeed disappointing. Hmm... but I wonder about some other books translated into English, too, Andrea Hirata books for example. Hopefully, it's decent to be published worldwide. -
Lumayan juga ceritanya, cerita awal keluarga cemara -keluarga si Ara, anak tengahnya Abah dan Ema. Cerita hangat sebuah keluarga jadi tak butuh lama buat tuntas baca (lhoo apa hubungannya) halamannya tipis juga. Jadi suka tokoh Ara si anak tengah. apakah ini naluri sesama anak tengah? wah sekian
-
so much refreshing :)
-
"Kita belajar dari manisnya hidup, tapi juga sekaligus dari pahitnya."- Abah
-
That